Sebagai orang muda Gorontalo, ia bangga menjadi desainer busana yang berbahan dasar sulaman karawo. Sudah sulit menghitung berapa banyak busana yang dihasilkannya.
Sulaman karawo adalah khas Gorontalo yang proses pengerjaannya sulit dilakukan. Bahkan perajinnya hanya kaum wanita yang memiliki ketelitian dan kesabaran yang tinggi.
Seperti halnya kaum muda Gorontalo lainnya, Abhie juga menginginkan pendidikan yang baik.
Seusai menamatkan SMA, ia pun memilih kuliah di Kota Makassar jurusan arsitektur. Namun kuliahnya berhenti di tengah jalan. Lalu ia melanjutkan studi ke jurusan yang sama di Kota Manado, Sulawesi Utara.
“Saya juga tidak tamat di Fakultas Teknik di Manado,” kata Abhie tertawa, Minggu (19/11/2016).
Dua kali drop out dari bangku kuliah, ia kemudian menekuni desain busana berbahan baku kain sulaman karawo. Tidak mudah baginya untuk memahami jenis kain dan teknik sulaman karawo.
Abhie hanya mahir menuangkan imajinasinya pada sketsa yang dibuatnya sendiri. Seiring waktu dan proses beradaptasi pada dunia sulam-menyulam ini, akhirnya ia dapat mengenali karakteristik sulaman karawo.
Tidak hanya itu, ia juga mengenal masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Mulai dari hulu hingga hilir, para pelaku usaha, perajin, distribusi hingga pemakai kain sulaman ini.
Sudah banyak sulaman karawo yang digunakan untuk keperluan busana, taplak meja, jilbab, sarung, kain penutup atau tatakan gelas. Bahkan peci dan sepatu wanita pun ada yang berhias sulam karawo.
Sebagai orang yang lahir di Gorontalo, Abhie ingin karawo lebih fungsional dan lebih variatif daripada saat ini. Ia melihat banyak peluang yang bisa dilakukan di dunia sulaman ini
Sumber http://regional.kompas.com/read/2016/11/19/16235241/di.tangan.abhie.sulaman.karawo.khas.gorontalo.jadi.lebih.mewah.
Posting Komentar